Tuesday, July 11, 2017

Contoh Makalah Study Kasus Yang benar

Contoh Makalah Studi Kasus | Pada kesempatahn kali ini saya akan kembali membagikan makalah tentang studi kasus. Anda dapat menggunakannya sebagai referensi manakala anda mendapat tugas dari guru atau dosen Anda. Semoga contoh makalah ini bisa menjadi contoh atau perbandingan pada saat anda menyusun makalah sesuai dengan tema makalah Anda.



Bagi Anda yang sedang membutuhkan makalah ini Anda bisa mendownloadnya melalui link yang telah kami sediakan di bawah ini. Contoh Makalah Studi Kasus memiliki format pdf atau .pdf. Sehingga anda bisa mengeditnya sesuai dengan yang anda inginkan. 



Oke, berikut ini  adalah link downloadnya :

Download Contoh Makalah Studi Kasus .pdf


Jika anda ingin melihat previewnya, di bawah ini kami telah menulisnya untuk Anda :

 Contoh Makalah Studi Kasus



BAB I

PENDAHULUAN

Dalam kehidupannya, setiap manusia selalu dihadapkan pada berbagai

masalah. Salah satu diantaranya adalah masalah Broken Home. Broken Home

adalah suatu keadaan dimana seseorang merasa tidak nyaman dengan kondisi

didalam keluarganya sendiri yang disebabkan oleh faktor tertentu.

Broken Home dapat menimbulkan efek yang buruk bagi anak apabila tidak

segera di atasi. Broken Home dapat di sebabkan banyak faktor antara lain akibat

dari orang tua yang bercerai, tidak adanya komunikasi dan keterbukaan dalam

keluarga, kurangnya perhatian dari orang tua kepada anak, sehingga hal ini dapat

memicu timbulnya suasana ketidak harmonisan dan kenyamanan bagi anak.

Dalam keadaan yang demikian anak sering merasa tidak nyaman di dalam

keluarga anak sering kabur dari rumah, sering bertengkar dengan orang tua, dan

tidak jarang dari mereka melampiaskan kekesalannya itu ke hal-hal negatif seperti

terlibat pergaulan bebas serta pemakaian narkoba.

Untuk menyelesaikan masalah tersebut salah satu cara bisa

diselesaikan menggunakan teknik studi kasus. Studi kasus sendiri dapat diartikan

sebagai berikut :


A. Pengertian Studi Kasus

1.Menurut Mohamad Surya dan I. Djumhur

Studi kasus adalah suatu teknik mempelajari seorang individu secara mendalam

untuk membantunya memperoleh penyesuaian yang lebih baik.

2.Menurut Sayekti Pujosuwarno

Dengan studi kasus kita mampu mengumpulkan data selengkap-lengkapnya

tentang individu. Data tersebut dapat kita olah atau analisa kemudian hasilnya

akan dapat merupakan dugaan permasalahan dari individu terseut, berdasarkan

semua itu maka kita dapat melaksanakan layanan bimbingan dan konseling

dengan setepat mungkin.

3.Menurut A. N. Sadu dan Amarjit Singh

Studi kasus adalah bentuk analisa kualitatif dengan melakukan observasi yang

cermat dan lengkap tentang seorang manusia satu situasi atau satu lembaga.

4.Menurut S. Nasution

Studi kasus adalah bentuk penelitian yang mendalam tentang aspek suatu

lingkungan sosial termasuk manusia didalamnya. Dalam buku tersebut dijelaskan

bahwa studi kasus merupakan salah satu bentuk desain penelitian disamping

survey dan eksperimen.


B.Langkah-Langkah            Memberikan         Bantuan        Dalam       Memecahkan         Masalah

Menurut I. Djumhur dan Mohamad Surya.

1.Langkah Identifikasi Kasus

Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang

nampak. Dalam kasus ini pembimbing mencatat kasus-kasus yang perlu mendapat

bimbingan dan memilih kasus mana yang akan mendapat bantuan terlebih

dahulu.

2.Langkah Diagnosa

Langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi kasus beserta latar

belakangnya. Dalam langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan

data dengan mengadakan studi kasus dengan menggunakan berbagai teknik

pengumpul data. Setelah data terkumpul kemudian ditetapkan masalah yang

diihadapi beserta latar belakangnya. Dari data studi kasus yang terkumpul

kemudian dibuat kesimpulan sementara dan kesimpulan ini kemudian dibicarakan

lagi dalam pertemuan kasus untuk menetapkan masalah dan latar belakangnya.

3.Langkah Prognosa

Langkah prognosa yaitu langkah untuk menetapkan jenis bantuan apa, terapi apa

yang akan dilaksanakan untuk membimbing kasus. Langkah ini ditetapkan

berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosa, yaitu setelah ditetapkan


masalah beserta latar belakangnya. Untuk menetapkan langkah prognosa ini

sebaiknya         ditetapkan        bersama         setelah         mempertimbangkan        berbagai

kemungkinan dan berbagai faktor.

4.Langkah Terapi

Langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan. Langkah ini merupakan

pelaksanaan apa-apa yang ditetapkan dalam langkah prognosa. Pelaksanaan ini

tentu memakan banyak waktu dan proses yang kontinue dan sistematis serta

memerlukan adanya pengamatan yang cermat.

5.Langkah Evaluasi dan Follow Up

Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sejauh manakah langkah

terapi yang telah dilakukan sejauh mana hasilnya. Dalam langkah ini dilihat

perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih jauh.


BAB II

ISI LAPORAN

A.Identifikasi Kasus

Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang

nampak. Dalam kasus ini pembimbing mencatat kasus-kasus yang perlu mendapat

bimbingan dan memilih kasus mana yang akan mendapat bantuan terlebih

dahulu.

I.Pengumpulan Data

a.Data Pribadi                    :

1.Nama                                  : siswa  x 

2.Tempat lahir                    : Yogyakarta

3.Tanggal lahir                  : 20 Agustus 1994

4.Umur                                 : 16 tahun

5.Jenis kelamin                  : Laki-laki

6.Agama                               : Islam

7.Kelas                                  : IPS

8.Alamat                              : Brajan Rt.05, Rw.03, Sonosewu, Kasihan, Bantul

9.Sekolah                            : SMA

10.Jumlah saudara             : Anak tunggal


b.Data Keluarga                       :

1.Ayah                                                   :

-Nama ayah             : Sunaryo

-Umur                         : 50 tahun

-Pekerjaan                 : Wiraswasta

-Alamat                     : Brajan Rt.05, Rw.03, Sonosewu, Kasihan, Bantul

2.Ibu                                       :

-Nama ibu                 : Suranti

-Umur                         : 45 tahun

-Pekerjaan                 : wiraswasta

-Alamat                     : Brajan Rt.05, Rw.03, Sonosewu, Kasihan, Bantul

II.Hasil Wawancara dan Observasi

a. Dengan Guru

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru kelas didapatkan berbagai

keterangan bahwa siswa “X” merupakan siswa pendiam, kurang bergaul dengan

teman-temannya, sulit melakukan penyesuaian diri, sering tidak membawa

perlengkapan dan alat tulis, prestasinya rendah dan memiliki tingkat emosi yang

cukup tinggi.


b. Dengan Wali Kelas

Berdasarkan wawancara dari wali kelas didapat informasi bahwa siswa “X”

mengalami penurunan prestasi belajar yang cukup drastis. Dibandingkan dari data

prestasinya sewaktu dikelas satu maupun kelas dua. Selain itu ia juga sering tidak

masuk kelas tanpa izin.

c. Dengan Orang Tua Siswa

Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tuanya didapat keterangan bahwa

mereka senantiasa mencukupi semua keinginan dan kebutuhan anaknya. Anak

diberikan kebebasan untuk bergaul dengan siapa saja, memilih jalan hidupnya

sendiri, serta orang tuanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Sehingga

komunikasi antara orang tua dengan anak tidak terjaga dengan baik.

d. Dengan teman dekatnya

Berdasarkan hasil wawancara dengan teman dekat siswa tersebut didapatkan

informasi bahwa siswa “X” kurang senang berada dirumah, dia mengaku bahwa

suasana dirumahnya sangat membosankan. Orang tua yang hanya mementingkan

urusannya masing-masing. Siswa tersebut juga mengatakan ia lebih suka pergi

dari rumah, pergi ke diskotik, suka mabuk-mabukkan dan sering main wanita.


e. Melalui Angket dan Sosiometri

Berdasarkan hasil dari data angket dan sosiometri dapat ditarik kesimpulan

bahwa siswa tersebut tidak banyak di sukai oleh teman-temannya. Dan ia hanya

memilih beberapa teman yang ia sukai.

f. Wawancara dengan Klien

Berdasarkan hasil wawancara dengan klien didapat data bahwa klien mengaku

kalau ia tidak suka dirumah, ia lebih suka bermain diluar rumah dengan teman-

temannya untuk mencari kesenangan, menghambur-hamburkan uang untuk hal

yang kurang bermanfaat. Ia juga mengaku bahwa kedua orang tuanya sering

bertengkar hanya gara-gara hal kecil, mereka juga sibuk dengan pekerjaanya

masing-masing. Sehingga, tidak ada waktu untuk berkumpul bersama, mereka

tidak pernah mau tahu kebutuhan akan kasih sayang sebagaimana orang tua yang

lain.

Yang mereka tahu hanyalah memberikan uang yang mereka pikir itu cukup

melaksanakan kewajiban sebagai orang tua terhadap anaknya. Orang tua juga

tidak pernah memberikan ajaran agama juga norma-norma dalam masyarakat.

g. Observasi pada kilen terhadap perilakunya

Berdasarkan hasil observasi dapat di ketahui bahwa perilaku yang di lakukan oleh

klien tidak sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku. Klien juga terlihat kurang


bersemangat dalam mengikuti pelajaran di Sekolah, sering tidak membawa

perlengkapan sekolah, sering melamun atau menyendiri, tidak suka bergaul

teman sebayanya, dan kurang bersosialisasi.




B. Diagnosa

Langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi kasus beserta latar

belakangnya. Dalam langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan

data dengan mengadakan studi kasus dengan menggunakan berbagai teknik

pengumpul data. Setelah data terkumpul kemudian ditetapkan masalah yang

diihadapi beserta latar belakangnya. Dari data studi kasus yang terkumpul

kemudian dibuat kesimpulan sementara dan kesimpulan ini kemudian dibicarakan

lagi dalam pertemuan kasus untuk menetapkan masalah dan latar belakangnya.

Dari data studi kasus yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan sementara dan

kesimpulan ini kemudian dibicarakan lagi dalam pertemuan kasus untuk

menetapkan masalah dan latar belakangnya.

Berdasarkan data pengumpulan dari permasalahan yang di hadapi klien

maka dapat di diagnosa yaitu anak tersebut mempunyai masalah dalam

keluarganya (broken home).


C.Langkah Prognosa

Langkah prognosa yaitu langkah untuk menetapkan jenis bantuan apa, terapi

apa yang akan dilaksanakan untuk membimbing kasus. Langkah ini ditetapkan

berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosa, yaitu setelah ditetapkan

masalah beserta latar belakangnya. Untuk menetapkan langkah prognosa ini

sebaiknya         ditetapkan        bersama         setelah         mempertimbangkan         berbagai

kemungkinan dan berbagai faktor.

Berdasarkan dari diagnosa dapat di ambil langkah prognosa, kemudian di

kemukakan pula kemungkinan-kemungkinan langkah selanjutnya di tempuh

untuk memberikan bantuan yaitu :

1.Memberikan arahan pada siswa tersebut untuk senantiasa berusaha untuk

bersosialisasi dan terbuka dengan teman             di sekolahnya.

2.Memberikan arahan untuk lebih meningkatkan komunikasi dengan orang

tuanya.

3.Memberikan arahan kepada klien untuk lebih meningkatkan ketakwaannya

serta keimanannya.

4.Menyuruh orang tua untuk datang ke sekolah.


D. Langkah Terapi

Langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan. Langkah ini merupakan

pelaksanaan apa-apa yang ditetapkan dalam langkah prognosa. Pelaksanaan ini

tentu memakan banyak waktu dan proses yang kontinue dan sistematis serta

memerlukan adanya pengamatan yang cermat.

Berdasarkan prognosa yang telah di tentukan kemudian klien memilih semua

alternative pilihan untuk di laksanakan.

1.Memberikan arahan pada siswa tersebut untuk senantiasa berusaha untuk

bersosialisasi dan terbuka dengan teman               di sekolahnya. Hal ini ia lakukan

dengan cara mengikuti kegiatan- kegiatan yang ada di sekolah seperti mengikuti

ekstra kurikuler( pramuka, organisasi osis) dan belajar kelompok.

2.Memberikan arahan untuk lebih meningkatkan komunikasi dengan orang

tuanya. Alternatif ini ia aplikasikan dengan cara makan malam bersama dengan

orang tua, menonton televisi bersama, liburan bersama, dan berbincang-bincang

serta bercanda bersama ketika ada waktu luang.

3.Memberikan arahan kepada klien untuk lebih meningkatkan ketakwaan serta

keimanannya. Hal ini diaplikasikan kedalam beberapa kegiatan keagamaan, yaitu

ia mengikuti kegiatan keagamaan di sekolah, pengajian dan TPA di masyarakat,


berusaha melaksanakan sholat lima waktu secara tertib dan sering membaca Al

Quran setelah sholat magrib.

4.Memanggil orang tua klien ke sekolah guna konselor memberikan pengertian

pada orang tua agar lebih memberikan waktu luang pada anaknya, memberikan

kasih sayang yang tulus pada anak, mengajarkan norma-norma dan ajaran agama.

E. Langkah Evaluasi dan Follow Up

Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sejauh manakah

langkah terapi yang telah dilakukan dan sejauh mana hasilnya. Dalam langkah ini

dilihat perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih jauh.

Berdasarkan treatmen yang telah dilakukan oleh klien maka konselor

mengadakan evaluasi. Hal ini dilakukan guna untuk mengetahui tingkat

keberhasilan pemecahan masalah siswa.

Berdasarkan evaluasi terhadap observasi yang dilakukan konselor terhadap

tingkah laku klien, didapat hasil bahwa sudah nampak ada perubahan didalam diri

klien. Namun hal ini belum mencapai hasil yang maksimal, hal ini dibuktikan klien

belum bisa melakukan proses sosialiasi dengan baik, terkadang masih membolos,

dan dalam bergaul ia masih memilih-milih teman.

Berdasarkan hasil keterangan klien didapat juga informasi bahwa orang

tuanya di dalam memberikan bimbingan dan kasih sayang terhadap klien masih


kurang. Hal ini dibuktikan dengan pengakuan dari klien bahwa, orang tuanya

masih sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan biasanya mereka melupakan

waktu luang untuk berkumpul bersama.

Berhubungan dengan hal tersebut kemudian konselor berusaha menindak

lanjuti kasus siswa X tersebut agar bisa tuntas. Hal ini di lakukan dengan cara

konselor mengadakan “Home Visit” hal ini di lakukan dengan cara konselor

datang langsung ke rumah klien untuk bertemu dengan kedua orang tua klien.

Dalam hal ini konselor memberikan arahan, pengertian pada ke dua orang tua

tersebut untuk lebih dapat memberikan kasih sayang, pendidikan agama juga

norma-norma, sehingga diharapkan klien dapat nyaman di rumah, klien dapat

meningkatkan segenap potensi yang di milikinya di sekolah. Dengan hal ini di

harapkan klien akan dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang sehat

juga mampu optimal dalam hidupnya, dan yang terpenting adalah terciptanya

keharmonisan suasana dalam keluarga.

Berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh konselor tersebut, konselor

mengadakan evaluasi kembali bahwa klien telah mengalami perubahan yang

cukup drastis hal ini di tunjukan dari perubahan perilaku klien menjadi lebih baik

dan peningkatan prestasi klien di sekolah menjadi lebih baik, klien tidak lagi

membolos juga senantiasa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.


Berdasarkan keterangan dari klien di dapatkan informasi bahwa klien sudah

nyaman di rumah, klien juga mengaku setelah konselor mengadakan “Home visit”

orang tuanya lebih perhatian padanya, lebih dapat terbuka satu sama lain dalam

anggota keluarganya.


BAB III

KESIMPULAN

Dari isi laporan diatas maka dapat disimpulkan bahwa siswa “X” yang masih

duduk dibangku SMA sedang mengalami masalah Broken Home. Hal ini ditandai

dengan klien mengaku kalau ia tidak suka dirumah, ia lebih suka bermain diluar

rumah dengan teman-temannya untuk mencari kesenangan, menghambur-

hamburkan uang untuk hal yang kurang bermanfaat. Ia juga mengaku bahwa

kedua orang tuanya sering bertengkar hanya gara-gara hal kecil, mereka juga

sibuk dengan pekerjaanya masing-masing.

Data ini diperkuat dengan adanya keteraangan dari guru kelas yang

mengatakan bahwa klien merupakan pribadi yang pendiam, sukar bersosialisai,

dan tidak disukai teman-temannya karena ia memiliki tingkat emosi yang tinggi.

Dari wali kelas mengatakan bahwa prestasi klien menurun sangat drastis. Orang

tua mengaku bahwa mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan telah

mencukupi semua kebutuhan dan keinginan anaknya. Dari teman dekatnya

mengatakan bahwa klien tidak suka dirumah dan lebih sering bermain bersama

teman-teman untuk menghambur-hamburkan uang serta bermain wanita. Serta

data dari angket dan sosiometri yang menunjukkan bahwa klien tidak disukai oleh


teman-temannya. Hanya beberapa teman yang mau memilihnya dan sebaliknya

klien hanya memilih beberapa teman yang disukainya.

Dalam menyelesaian suatu permasalahan seorang pembimbing memiliki

andil yang cukup besar untuk menyelesaikan masalah. Dalam kasus siswa “X”

berdasarkan data-data yang telah diperoleh dapat ditarik suatu kesimpulan

bahwa sisw “X” mengalami masalah yaitu Broken Home.

Dalam hal ini pembimbing memberikan bantuan untuk menyelesaikan

permasalahan yang dihadapi siswa “X”. Yaitu dengan cara memberikan arahan

pada siswa tersebut untuk senantiasa berusaha bersosialisasi dan terbuka dengan

teman disekolahnya, lebih meningkatkan komunikasi dengan orang tua,

meningkatkan ketaqwaannya serta keimanannya dan menyuruh orang tua untuk

datang ke sekolah guna untuk memberikan masukan padanya.

Selain itu pembimbing juga mengadakan kunjungan rumah (Home Visit) guna

memberikan arahan dan masukan pada orang tua klien. Untuk lebih dapat

meluangkan waktu untuk berkumpul dengan anaknya, menjaga komunikasi dan

keharmonisan      didalam      keluarga,      lebih      terbuka      pada      anak,      senantiasa

memberikan ajaran agama dan norma-norma yang berlaku didalam masyarakat.

Berdasarkan langkah-langkah yang telah dilakukan oleh pembimbing dapat

dinyatakan bahwa klien mampu menyelesaiakan permasalahannya yakni ditandai


dengan klien sudah mampu meningkatkan prestasi, mampu melakukan proses

sosialisasi dengan teman-teman, sudah bisa mengikuti kegiatan keagamaan

disekolahnya, sudah merasa nyaman dengan suasana dirumah, dan mengisi

waktu luang untuk hal-hal yang bermanfaat.




SARAN

Berdasarkan masalah yang dialami oleh klien maka dapat diberikan saran

sebagai berikut :

1. Sebaiknya pembimbing senantiasa memberikan perhatian dan kasih sayang

pada seluruh peserta didiknya.

2. Guru pembimbing senantiasa selalu memberikan layanan informasi kepada

peserta didik, sehingga mereka dapat mencegah timbulnya permasalahan.

3. Sebaiknya guru pembimbing memberikan layanan bimbingan secara tepat

dengan menggunakan teknik-teknik yang sesuai pada peserta didik.

Sehingga peserta didik mampu mengembangkan kemampuannya secara

optimal dan hidup sehat.

4. Guru pembimbing harus selalu mengadakan kerjasama dengan kepala

sekolah, guru kelas, wali kelas, orang tua, dan masyarakat.


5. Sebaiknya orang tua selalu memberikan perhatian dan kasih sayang pada

anak-anaknya.

6. Dalam mendidik anak sebaiknya orang tua menerapkan pola asuh yang

demokrasi.

7. Sejak dini orang tua harus sudah mengajarkan norma-norma dan ajaran

agama pada anak.

8. Sebaiknya orang tua selalu menjaga komunikasi antar anggota keluarga,

keharmonisan dan kehangatan dalam keluarga.


Contoh Makalah Studi Kasus II


IDENTITAS

1. Identitas Siswi /Klien

Dalam penyusunan studi kasus, identifikasi siswi yang berkasus (klien) merupakan

tahap awal yang harus dilalui di dalam proses penyusunan studi kasus. Pada saat

ini konselor mengamati klien yang bersekolah di SMPN 1 pangkalan,

Kec.Pangkalan. Kab. Karawang.




Identifikasi Diri Siswa

Nama Siswi              : Icih Suningsih

Nama Panggilan : Icih/ esih

Kelas                            : (Sembilan) B

Tempat/tgl. Lahir : karawang 10 september 1998

Agama                           : Islam

Jenis Kelamin            : Perempuan

Alamat                        : Desa Wargasetra, Rt 03/Rw 05. Kec. Tegal Waru.

Kab. Karawang

Sekolah                       : SMPN 1 Pangkalan. Karawang

Hobby                          : Olahraga


Jumlah saudara         : (tiga)

Anak ke                        : 2 (dua)




Keadaan Kesehatan

Penglihatan       : Normal

Pendengaran : Normal

Pembicaraan : Agak Cedal

Potensi jasmani: Normal




Fasilitas Belajar dan Pendukung

Kelengkapan belajar

Buku paket                  : lengkap

Buku catatan : lengkap

Ruang belajar           : tidak punya

Bimbingan

Dari ayah: pernah

Dari ibu       : selalu

Dari saudara: selalu

Waktu belajar: - waktu belajar kurang teratur.


belajar jika disuruh orang tua.

Kelakuan dan prestasi Klien

Sikap pada teman: Cukup baik, tidak membeda-bedakan teman.

Sikap pada guru: Cukup Baik, tapi masih merasa segan untuk bertanya.

Prestasi: Kurang baik/lambat, prestasi rendah.




2. Identifikasi Orang Tua

Nama lengkap                   : Ujang Muksin

Umur/TTL                          : 39 tahun / Karawang , April 1969

Pendidikan                          : SMP

Pekerjaan                              : Buruh

Hubungan dengan anak : Anak kandung

Alamat : Desa Wargasetra, Rt 03/Rw 05. Kec. Tegal Waru.

Kab. Karawang

Nama lengkap                   : Dini

Umur/TTL                          : 31 tahun / Karawang, 28 Agustus 1977

Pendidikan                          : SD

Pekerjaan                              : Ibu rumah tangga

Alamat                                  : Desa Wargasetra, Rt 03/Rw 05. Kec. Tegal Waru.


Kab. Karawang




Perumahan

Klien tinggal bersama ayah, ibu, Adik dan kakaknya dalam lingkungan Desa

Wargasetra, Rt 03/Rw 05. Kec. Tegal Waru. Kab. KarawangDalam lingkungan

tempat tinggalnya tersebut hubungan bertetangga cukup bagus. Hal ini

mendukung perkembangan sosial klien untuk berinteraksi dengan lingkungan

masyarakat di sekitar tempat tinggal siswa berada.

Tingkat pendidikan dan ekonomi masyarakat di desa tempat tinggalnya tergolong

menengah kebawah. Sebagian besar warga di daerah tempat tinggal siswa

bekerja sebagai buruh serabutan dan petani.


BAB II

Gambaran Masalah

Dalam penyusunan studi kasus, identifikasi siswa yang berkasus (klien)

merupakan tahap awal yang harus dilalui di dalam proses penyusunan studi

kasus. Pada saat ini konselor mengamati klien” Icih Suningsih seorang murid

perempuan yang bersekolah di SMPN 1 pangkalan dalam beberapa minggu

terakhir ( klien ) kelihatannya murung tidak bergairah untuk belajar bahkan untuk

beberapa nilai pelajarannya turun di samping itu, anak tersebut cepat merasa

tersinggung apabila di tegur sama temannya di tambah lagi sering terlambat

masuk kelas, oleh salah seorang gurunya sudah di panggil dan sudah di

peringatkan namun belum membawakan hasil.

Gejala-gejala yang nampak jelas pada diri klien diantaranya sebagai berikut:

Gejala yang Bersifat Positif ,

Gejala yang bersifat positif adalah sikap atau perbuatan yang dapat

membantu dan meningkatkan proses belajar mengajar pada diri klien. Gejala-

gejala tersebut diantaranya :

Rajin mengikuti kegiatan sekolah

Tidak suka membolos sekolah

Rajin mengerjakan tugas/PR


Gejala-gejala yang Bersifat Negatif,

Gejala yang bersifat negatif adalah sikap atau perbuatan yang kurang baik di

tunjukan beberapa minggu terakhir, yang dapat mengganggu proses belajar

mengajar pada diri klien. Gejala tersebut diantaranya:

Sering terlihat murung, tidak bergairah untuk belajar

Cepat merasa tersinggung apabila di tegur sama temannya

Sering terlambat masuk Kelas

Beberapa nilai pelajarannya turun

Bertindak semaunya sendiri

Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data mengenai siswa yang berkasus (klien) dilakukan

dengan berbagai pendekatan. Dalam studi kasus ini pendekatan atau cara yang

digunakan oleh konselor dalam rangka pengumpulan data tentang siswa yang

bermasalah ialah sebagai berikut:

Berdasarkan Pengamatan di Sekolah

Kepribadian :

Sebelumnya pribadi ( klien ) baik, selalu semangat dalam mengikuti mata

pelajaran, dan bahakan nilai pelajarannya baik, walaupun cenderung mudah


putus asa, kurang teliti dalam mengerjakan sesuatu dan semua keinginannya ingin

selalu dituruti. namun siswi ini (klien) tidak pernah memilih-milih teman.

Tingkah Laku :

Tingkah laku klien di rumah menunjukkan sikap yang cukup baik. Ia juga sangat

patuh terhadap peraturan sekolah. Ia termasuk siswa yang disiplin baik dalam

piketnya, datang ke sekolah atau mengikuti kegiatan-kegiatan sekolah lainnya,

ramah terhadap lingkungan sekolah maupun di dalam kelas.

Perkembangan Jasmani :

Perkembangan jasmani klien cukup baik. Klien memiliki fisik yang normal dan

sama seperti teman-teman seusianya, bahkan termasuk anak yang cukup lincah

dan energik.

Klien patuh dan hormat dengan guru-guru di sekolah.:

Dalam kesehariannya, klien terlihat memilki rasa tidak percaya diri untuk

mengutarakan isi hatinya ketika ada materi pelajaran yang belum ia pahami. Pada

saat guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya klien cenderung

untuk memilih diam saja. Ia tidak berani angkat tangan untuk bertanya.


Berdasarkan Wawancara

Latar Belakang Keluarga

Berdasarkan wawancara dengan orang tua klien, klien adalah anak kedua

dari tiga bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai buruh serabutan. Ibunya sebagai

ibu rumah tangga. Klien dan keluarganya tinggal di lingkungan desa Wargasetra,

Kec. Tegalwaru Kab. Karawang. Rumahnya tergolong sedang dan sederhana. Di

dalam lingkungan desa tersebut klien tidak mengalami hambatan dalam

berinteraksi       dengan      lingkungan      tempat      tinggalnya,      sehingga      hubungan

bertetangganyapun cukup baik dan akrab.

Minat

Minat klien terhadap kegiatan sekolah yang berhubungan dengan masalah

pelajaran cukup baik walaupun secara intelektual klien tertinggal dengan teman

yang lain-lainnya. Hal ini dapat dilihat dari presensi klien yang tidak pernah

membolos dan selalu masuk sekolah.

Hobi Siswa

Siswa memiliki hobi bermain voli di rumah maupun sekolah. Kadang waktu

luangnya sering dimanfaatkan atau digunakan untuk bermain voli daripada

mempelajari kembali pelajaran yang sudah diterangkan di sekolah.


DIAGNOSIS

Masalah yang dihadapi siswi SMP sangatlah kompleks dan banyak faktor

yang dapat menyebabkan timbulnya masalah. Faktor tersebut dapat berasal dari

diri sendiri, keluarga atau lingkungan. Begitu pula yang dialami klien. Ada banyak

faktor yang menimbulkan masalah pada diri klien, diantaranya adalah sebagai

berikut:

Faktor yang Berasal dari Diri Sendiri

Motivasi yang kurang

Anak kurang mau bekerja keras agar terbiasa dalam pelajaran.

Anak tidak mau meneliti kembali hasil pekerjaannya.

Anak terlalu manja.

Semua keinginanya harus dipenuhi

Faktor dari Lingkungan Keluarga

Kurang bimbingan orang tua saat belajar.

Terlalu dimanja dengan selalu menuruti keinginan klien

Pelanggaran-pelangaran klien kurang mendapat teguran dari orang tua.

Faktor yang Bersumber dari Lingkungan Sekolah

Kurang terbuka kepada guru.

Kurang terbuka kepada teman satu lingkungan sekolah


Sikap mudah putus asa dalam pelajaran maupun dalam hal lain.

Luar sekolah atau masyarakat

Kurang memanfaatkan waktu luang, waktu hanya digunakan untuk :

Nonton TV

Pacaran

Mengikuti kemajuan tekhnologi

Mengikuti kemajuan Pasion

Dari rincian di atas dapat disimpulkan berbagai hal yang menyebabkan

permasalahan pada klien. Permasalahan tersebut berasal dari diri klien sendiri,

keadaan keluarga dan lingkungan sekitar sangat berpengaruh terhadap sikap dan

daya tangkap belajar siswa. Dapat ditarik kesimpulan yang terjadi pada diri klien

disebabkan oleh :

Kurang minat belajar.

Bimbingan dari orang tua kurang.

Pengaruh kemajuan teknologi

Anggota keluarga terlalu memanjakannya.

Keinginannya belum terpenuhi

Hal-hal tersebut berpengaruh terhadap klien yang menyebabkan klien

kurang tertarik pada pelajaran dan malas belajar atau berpikir untuk mengerjakan


tugas yang dibebankan kepadanya, bahkan untuk berpikir bersosial dengan ramah

di lingkungan sekolah sajah tidak terjamah.




C. PROGNOSIS

Langkah Memecahkan Persoalan Tersebut

Mengajak klien berbincang-bincang mengenai masalah yang dihadapinya

sehingga memudahkan konselor untuk megetahui pribadi siswi dan masalah yang

sedang dihadapinya serta mempermudah memberikan bantuan dan bimbingan.

Memberi bimbingan yang luas pada klien yang berhungan dengan pendidikan

sehingga dapat menimbulkan minat dan motivasi untuk meningkatkan semangat

belajar dari siswi/klien yang bermasalah tersebut.

Memberi pengarahan pada klien bahwa sikapnya yang semaunya sendiri

menimbulkan kerugian pada dirinya sendiri maupun terhadap orang lain di

sekitarnya.

Memberikan pengarahan dan penjelasan agar klien memeperhatikan penjelasan

dari guru. Serta tidak mudah menyerah bila mengalami kesulitan belajar.

Menasehati klien agar tidak telalu manja pada siapapun terutama kepada kedua

orang tua siswa/klien yang bermasalah tersebut.

Menasihati klien agar lebih rajin belajar.


Mendatangi rumah orangtuanya dengan tujuan bersilaturahmi dan penuh

kekeluargaan sesuai dengan hadits Rasulluwloh saw, yang di riwayatkan oleh

bukhori muslim, yang artinya :

Barang siapa yang beriman kepada allah dan hari akhir, maka hendaklah

memuliaikan tetangganya. Bukhori Muslim )

Setelah bertemu dengan orang tuanyya kemudian di pertanyakan perkara

permasalahan yang di hadapi oleh anaknya, hanyasajah dalam penyampaiannya

harus penuh kehati-hatian khawatir akan orangtuanya tidak menerima

kedatangan kita. Hal ini tertuang dalam al-quran surah al-maidah ayat 2 yang

artinya :

Dan saling tolong menolonglah kamu sekalian di dalam hal kebaikan dan taqwa

dan janganlah saling tolong menolong di dalam dosa dan permusuhan ‘’ (Al-

Maidah : 02 )

Jadi pihak kita berkewajiban menanyakan hal’ikhwal perilaku anaknya

dengan kejadian tersebut dapat di ambil jalan pemecahannya sambil menanyakan

kepada si anak mengapa bersikap murung tak bergairah. Artinya kita bisa

menyikapi karakterristik si anak mengapa bersikap murung , kalau memang ada

permasalahan pribadi si anak apa yang terjadi bisa langsung dipertanyakan ,

apabila sianak secara tertutup tidak bisa mengugkapkan, maka di cari jalan


dengan menanyakan kepada rekan-rekannya baik dalam 1 kelas 1 lingkungan

teman dan rekanlain (pacar). Sebab yang menjadi kekhawatiran pihak kita takut

orangtuanya langsung mengambil tindakan yang tidak kita inginkan kita

mendatangi keluarga aank perempuan itu karna terdesit dalam sebuah hadits

menyatakan :

Tidak sempurna iman seseorang, sehingga dia mencintai saudaranya itu seperti

dia mencintai dirinya sendiri ‘’.

Jika kita sudah sering berkunjung, akan terbinalah rasa kasih sayang hingga

lebih mencintai saudara kita itu sebagai mana kita mencintai diri kita sendiri.

Selain itu wajib bagi kita sebagai orang tua sesuai dengan hadits rasulluwloh saw

yang berbunyi : hak dan kewajiban sebagai orang tua ada tiga (3), yang pertama

(1) memberi nama yang bagus kepada si anak ketika dia dilahirkan kedua (2),

memberikan ilmu dengan jalan menyekolahkan dan memasukan kepesantren

tetkala dia berakal , ketiga (3) menikahkan anaknya dengan laki-laki atau

perempuan yang sekiranya baik dalam penilaian kekeluargaan, keagamaan dan

ketampanan apabila dia sudah mencapai usia dewasa ( Bukhori muslim). Dalam

menyikapi hal ini orang tua wajib selalu mengawasi dan memeriksakan keadaan

pribadi si anakdalam masa di sekolah apabila menemukan sikap anak prilaku yang

berbeda dari kebiasaan adat istiadat kebiasaan sehari-harinya perlu di sikapi dan


di pertanyakan sebagai contoh yang biasa prikau hidupnya bersikap baik dan

sopan tapi ada perubahan pada dirinya bersikap acuh tak acuh maka perlu diambil

jalan dengan cara(1). Menanyakan apa yang terjadi sesungguhnya pada diri anak

itu bila kita enggan untuk menanyakan langsung akan sikap anak tersebut maka

kita berkewajiban bertanya kepada rekan-rekannya si anak tersebut. Dengan jalan

demikian kita dapat mengambil solusi dan pemecahan masalhnya serta seraya

mendatangi piahak sekolah agar kita terbebas dari beban sesuai , karna sekolah

merupakan pusat kegiatan masyarakat .semua kegiatan kemasyarakatan dapat di

tanagani di dalamnya oleh pungsionalis sekolah termasuk pula kenakalan remaja.

Antara orang tua, lembaga masyrakat dan pungsionalis sekolah harus saling bantu

membantu di dalam mengatasi berbagai permasalahan remaja.Pembinaan

masyarakat yang sistemmatis dapat di lakukan melalui penyiapan kader-kader

masyarakat, organisasi pemuda, tenaga intelektual, suakrelawan dan lain

sebaginya. Semua itu di tujukan untuk meningkatkan pendidikan sebaian orang

tua yang belum mengertikewajibannya sebagai orang tua, serta sebagianremaja

yang belum mengetahui pula tentang kewajiban mereka terhadap kedua orang

tuanya, leh karna itu pada mubalig dan mubaligoh sebagai pemberi penyidikan di

masyarakat hendaklah dapat memberikan kesan kepada para remajabahwa


agama merupakan kebutuhan utama untuk menentramkan hati mereka. Sesuai

dengan pirman Allah di dalam surat Ar’raru ayat 28 yang artinya :

Ingatlah dengan mengingat allah akan tentramlah hati  ( Ar’Run :28 )


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Masalah yang dihadapi siswi dalam kasus ini adalah terlalu manja dan setiap

mempunyai keinginan harus selalu terpenuhi, mempunyai sikap semaunya

sendiri, terlebihnya lagi siswi tersebut kurang mendapatkan bimbingan belajar,

dan terlalu dimanja oleh kedua orang tuanya.




Saran

Dalam menyelesaikan suatu masalah, haruslah difikirkan dan direncanakan

secara matang, langkah-langkah yang ditempuh harus dilakukan dengan sabar,

tekun dan berkesinambungan.


sumber: http://contohmakalahdocx.blogspot.com/2015/02/contoh-makalah-studi-kasus.html